Beranda | Artikel
Menetapkan Sifat Allah dengan Dalil, Bukan dengan Akal dan Logika
Senin, 29 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Menetapkan Sifat Allah dengan Dalil, Bukan dengan Akal dan Logika ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 12 Sya’ban 1442 H / 26 Maret 2021 M.

Kajian Tentang Penjelasan Menetapkan Sifat Allah dengan Dalil, Bukan dengan Akal dan Logika

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalil yang menjelaskan tentang nama Allah hanya satu, yaitu terteranya dalam Al-Qur’an dan hadits nama-nama tersebut. Bila terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits nama Allah, maka kita tetapkan. Itulah yang dimaksud dengan tauqifiyah.

Ini sedikit berbeda dengan sifat, kendati secara prinsipnya sama. Bahwa di dalam menetapkan sifat-sifat Allah, juga yang menjadi landasan adalah Al-Qur’an dan sunnah. Tapi terdapat sedikit perbedaan sisi pendalilan.

Kaedah yang masyhur di kalangan Ahli Sunnah adalah  صفات الله تعالى توقيفية لا مجال للعقل فيها. Maksudnya adalah bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala taufiqiyah, sesuai dengan apa yang tertera di dalam Al-Qur’an dan hadits, tidak bisa direkayasa, tidak bisa dengan logika semata.

Maka bila terdapat dalam Al-Qur’an, di dalam hadits, penetapan sifat bagi Allah atau menunjukkan kepada sifat, maka yang demikian itu kita tetapkan. Tidak ada peluang bagi akal untuk beranalogi/merekayasa/berijtihad. Karena sebagaimana pernah kita sampaikan bahwa bab tentang nama dan sifat berkaitan dengan perkara yang ghaib, iman kepada Allah. Tidak akan mungkin seorang hamba bisa menetapkan bahwa ini sifat Allah, ini Nama Allah, kecuali bila datang dalilnya dari wahyu, baik itu dari Al-Qur’an atau hadits.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tertera di dalam Al-Qur’an dan yang terdapat di dalam hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka tidak akan membuat-buat istilah atau penamaan yang baru di dalam pembahasan ini. Mereka hanya mengikuti apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits.

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk berbicara dalam urusan agama tanpa ilmu. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di antara perkara-perkara yang termasuk dosa besar, bahkan berbicara tentang Allah dalam agama ini digandengkan dengan perbuatan syirik.

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakan (Wahai Muhammad): ‘Rabbku mengharamkan segala perbuatan-perbautan yang keji, baik yang tampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa dan kedzaliman tanpa ada alasan, dan juga Allah mengharamkan perbuatan syirik dengan sesuatu yang tidak pernah terdapat dalil yang membenarkannya, kalian mengatakan sesuatu tentang Allah yang tidak kalian ketahui.’” (QS. Al-A’raf[7]: 33)

Seluruh hal yang berkaitan dengan agama ini berlandaskan ilmu, bukan akal semata, bukan merekayasa, bukan logika. Tentu terutama hal yang paling utama dan agung adalah masalah mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga di antara dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولً

Jangan kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui/kamu tidak memiliki ilmu tentang hal itu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua hal itu akan diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra`[17]: 36)

Maka menetapkan sifat Allah itu dengan dalil, bukan dengan akal dan logika. Tidak boleh bagi seseorang untuk membuat istilah-istilah yang baru di dalam menetapkan sifat-sifat Allah. Seperti perilaku ahlul kalam, mereka mengada-ngada istilah-istilah baru dalam masalah mengenal Allah, kemudian istilah-istilah tersebut berusaha dilegitimasi dengan memaksakan dalil.

Imam Ahmad Rahimahullah mengatakan:

لا يوصف الله إلا بما وصف به نفسه أو بما وصفه به رسوله – صلى الله عليه وسلم – لا يتجاوز القرآن والحديث

“Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah ditetapkan kecuali apa yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga apa yang telah ditetapkan oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak boleh kita menyelisihi Al-Qur’an dan hadits.”

Tidak boleh kita melangkahi Al-Qur’an dan hadits, artinya meninggalkan Al-Qur’an dan hadits kemudian kita gunakan akal dan rekayasa semata. Ini aqidah dan ini prinsip.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50010-menetapkan-sifat-allah-dengan-dalil-bukan-dengan-akal-dan-logika/